Monday 27 May 2013

BAGAIMANA MENULIS TEMUAN STUDI?

Sebagian orang berpendapat, bagian temuan sebaiknya ditulis dalam satu bab/bagian tersendiri, sebagian yang lain menyatakan bagian ini dapat digabung dengan bab/bagian diskusi. Saya termasuk penganut madzhab yang pertama. Sebelum memilih, silakan periksa tradisi yang biasanya dianut dalam disipilin Anda. Salah satunya dengan melakukan pemindaian terhadap artikel yang sudah diterbitkan, terutama dalam outlet yang bereputasi baik.
Dalam bagian ini, temuan dituliskan berdasar hasil analisis data yang telah dilakukan dan tanpa diinterpretasikan. Tuliskan saja dalam bentuk deskriptif.


Menuliskan bagian temuan ini seakan-akan tanpa masalah. Namun ternyata tidak demikian kenyataanya. Paradigma penelitian yang digunakan pun akan mempengaruhi bagaimana bagian ini ditulis. Paradigma positivis-nomotetik yang banyak dianut di kalangan akademisi Amerika Utara dan paradigma interpretif-idiografik yang menjadi tradisi di Eropa menuntut hal yang berbeda.

Penelitian positivis
Dalam penelitian positivis yang melibatkan pengujian hipotesis dan survei, bagian temuan dapat berisi beberapa hal berikut. JIka belum dilaporkan dalam bagian metode (ini akan saya bahas dalam entri lain), hasil uji reliabilitas dan validitas instrumen dapat dituliskan dalam bagian ini, termasuk strategi pengumpulan data. Beberapa tabel, terkait dengan uji ini, dan termasuk uji asumsi klasik (jika diinginkan, seperti uji distribusi data, multikolinieritas, heteroskedasitas) dapat ditulis di bagian ini.
Selanjutnya, presentasi deskriptif data dapat dilaporkan. Biasanya dalam bentuk tabel demografik responden. Apa yang biasanya salah dalam menampilkan tabel? berdasar pengamatan saya yang terbatas, kadang penulis terlalu ‘malas’ untuk merangkum tabel dan menyajikan tabel apa adanya dari software analisis statistik, seperti SPSS. Terus terang saya agak ‘mules’ menemukan yang demikian. Logikanya sangat sederhana: lha, kalau penulis saja malas dalam mengambil inti tabel dan menyajikannya dalam bentuk yang enak dibaca dan mudah dipahami, mengapa reviewer atau pembaca harus membacanya. Bagaimana tabel yang baik dibuat? Sila lihat artikel di jurnal yang berkualitas baik.

Jika penelitian Anda juga menguji hipotesis, bagaimana hal itu dilakukan juga perlu dijelaskan, termasuk dengan hasil dari ujinya. Hasil uji bisa berupa tabel hasil analisi korelasi atau regresi (dengan semua varianya, termasuk analisis model struktural atau analisis path dalam SEM atau PLS).

Tentu saja, yang ditambilkan dalam bagian temuan tidak hanya ‘parade’ tabel. Meski tabel seharusnya dapat dipahami tanpa melihat narasi, menyajikan tabel tanpa narasi seperti halnya membaca ‘handsout’ kuliah. Buat narasi yang singkat dan menggambarkan temuan-temuan penting yang ditunjuk dalam tabel. Sekali lagi, tanpa interpretasi temuan dan argumentasi.

Penelitian interpretif
Bagaimana untuk penelitian interpretif? Strategi sensemaking yang telah dibahas dalam posting khusus dapat membimbing kita dalam bagian ini. Dalam tradisi penelitian ini, meski kualitas narasi merupakan senjata utama, namun jika Anda bisa merangkumnya dalam tabel atau gambar yang representatif akan sangat membantu pembaca dalam memahami tulisan.

Narasi dapat dituliskan dalam beragam cara; diantaranya dikelompokkan berdasar tema atau dalam urutan kejadian. Kalau tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor penghambat dan pendorong adopsi cloud computing oleh perusahaan besar, misalnya, narasi berdasar tema lebih tepat. Lain halnya jika fokus penelitian adalah melacak ‘sejarah’ implementasi teknologi informasi dalam bidang pengadaan barang/jas di sektor publik (eProcurement), narasi dalam urutan kejadian menjadi lebih tepat. Ini hanya dua kemungkinan strategi narasi, dan keduanya dapat digabungkan. Sebagai contoh, ketika Anda tertarik melihat faktor pendorong dan penghambat adopsi cloud computing dalam beberapa tahap implementasi, mulai dari keputusan adopsi, implementasi teknis, dan seterusnya; kedua strategi dapat digabungkan. Ingat pertanyaan penelitian yang dituliskan di bagian pendahuluan. Seharusnya bagian temuan digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut sebelum diulas lebih lanjut di bagian diskusi.

Memasukkan kutipan hasil wawancara dalam narasi akan sangat menguatkan argumen, selain menunjukkan bukti bahwa hasil interpretasi didukung oleh data. Namun demikian, pilihkan kutipan yang benar-benar mendukung argumen atau klaim yang dituliskan.

Tabel atau gambar dapat berupa kategorisasi tema/konsep, periodisasi kejadian kritis, hubungan antar tema/konsep dengan tema/konsep yang lain, atau mungkin dalam bentuk yang lain. Tabel 2×2 (atau lebih) yang setiap aksisnya menggambarkan ‘variabel’ tertentu juga sering digunakan. Tabel atau gambar ini menjadi sangat penting, ketika kebijakan pengelola jurnal atau konferensi tidak memberikan halaman yang cukup untuk menarasikan temuan. Saya pernah harus ‘berjuang’ memotong artikel dengan panjang 11.500 kata yang diterbitkan dalam prosiding, ke dalam artikel jurnal dengan panjang 5.000 kata. Itu pun masih harus dimasukkan materi baru seperti saran dari reviewer. Dalam kasus ini, tabel dan gambar akan sangat membantu. Saya pernah juga harus memotong empat halaman dari 16 halaman yang sudah ada. Lagi-lagi, selain saya harus menelusur ulang setiap kalimat dan membuatnya lebih efektif, saya juga lakukan dengan merangkum temuan ke dalam tabel.

Sekali lagi, narasi yang dituliskan adalah hasil analisis data, dan jangan diskusikan dahulu di bagian temuan. Tuliskan interpretasi dan argumentasi dalam bagian diskusi.

sumber:
publikasiinternasional

No comments:

Post a Comment