Abstrak meskipun berada di bagian awal artikel,
biasanya juga ‘ditulis lengkap’ ketika artikel sudah diselesaikan. Hal
ini bukan berarti harus menunggu tulisan selesai baru menulis abstrak.
‘Memulai’ menulis abstrak di awal penulisan akan sangat bermanfaat,
untuk meyakinkan diri kita bahwa kita mengetahui dengan pasti apa yang
kita akan tuliskan dalam artikel (Walsham, 2006). Dalam praktik, abstrak
sangat mungkin mengalami penyesuaian di ‘sana-sini’ setelah seluruh
artikel diselesaikan.
Nampaknya saat ini, hampir semua publikasi ilmiah termasuk tesis dan disertasi mensyaratkan adanya abstrak. Mengapa abstrak penting? Abtrak adalah bagian artikel yang paling
sering dibaca setelah judul. Jika setelah membaca abstrak, seorang
pembaca tidak tertarik, jangan harap artikel kita akan dibaca. Meminjam
bahasa iklan, abstrak sangat penting untuk memberikan kesan pertama,
selanjutnya terserah pembaca. Tentu, dalam etika akademik, kesan dalam
abstrak bukan kesan palsu, untuk sekedar untuk ‘tebar pesona’. Bukan.
Ingat, abstrak bukanlah pendahuluan. Sepeti namanya, abstrak adalah
ringkasan, ikhtisar. Day (1975) memberikan arahan yang simpel dan jelas
tentang apa yang seharusnya dalam abstrak yang panjangnya biasanya tidak
lebih dari 200-250 kata ini. Dari sisi konten, abstrak seharusnya
berisi:
1. Menunjukkan tujuan dan lingkup penelitian/kajian
2. Memberikan gambaran metode yang digunakan
3. Merangkum temuan penelitian
4. Menyatakan kesimpulan utama penelitian
Karena seringkali penulis berperilaku sangat mekanistik yang mengawali abstrak dengan “This study aims to
… ” atau sejenisnya, saya temukan panduan jurnal yang bahkan secara
eksplisit ‘melarangnya’, dan meminta penulis lebih kreatif dalam menulis
abstrak. Alasannya sebetulnya sangat sederhana, supaya abstrak tidak
sangat kaku dan menjadi tidak menarik. Bayangkan saja, makan enak dengan
menu yang sama saja, membuat kita bosan, apalagi membaca abstrak yang
monoton sambil berpikir. Pasti dijamin lebih membosankan.
Klein et al. (2006) secara metaforis menyatakan bahwa fungsi abstrak
adalah seperti membawa kuda masuk ke air, untuk minum. Menurut mereka
ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menulis abstrak dari sisi
kualitas. Supaya pembaca tertarik meneruskan membaca artikel, maka
ketika membaca abstrak, pembaca seharusnya menilai bahwa abstrak
dianggap penting (important), terakses (accessible) – ide yang disampaikan mudah dipahami, dan applicable – dapat diterapkan dalam penelitian atau pekerjaan yang sedang dijalankan.
Apakah abstrak yang pernah kita tulis memenuhi kriteria konten dan
kualitas di atas? Jika tidak, tidak usah kaget dan sedih ketika hanya
sedikit – atau bahkan tidak ada pembaca – yang tertarik dengan artikel
kita. Jika demikian, tidak perlu banyak berharap bahwa artikel yang kita
tulis dikutip orang lain. Meski demikian, nasihat orang bijak menyatakan: teruslah meneliti dan menulis … dan selalu berusaha menulis abstrak yang baik.
Daftar Bacaan
Day, R. (1975). How to write a scientific paper. IEEE Transaction on Professional Communication, 41(7), 486-494.
Fathul Wahid. 2012. Menulis Abstrak. publikasiinternasional.wordpress.com
Klein, G., Jiang, J., dan Saunders, C. (2006). Leading the horse to water. Communications of the Association for Information Systems, 18(1). Available at: http://aisel.aisnet.org/cais/vol18/iss1/13.
Walsham, G. (2006). Doing interpretive research. European Journal of Information Systems, 15(3), 320-330
No comments:
Post a Comment