Salah satu
metode pengumpulan data paling populer dalam penelitian positivis adalah survai menggunakan kuesioner.
Penelitian positivis biasanya melibatkan proposisi formal, variabel yang
dapat dikuantifikasi, dan pengujian hipotesis (Orlikowski dan Baroudi,
1991). Metode ini terlihat sederhana, dan karenanya sering disepelekan.
Kenyataanya tidak demikian.
Berdasar pengalaman dalam membaca dan mereview artikel
jurnal atau konferensi, ada beragam isu yang bisa
didiskusikan. Setiap isu ini hanya akan didiskusikan dengan singkat dan
disertai dengan ilustrasi praktik.
Pertama, penelitian positivis biasanya mengembangkan model
penelitian yang menggambarkan hubungan antarvariabel. Penelitian
seringkali membangun model dengan memasukkan variabel dari beragam
sumber (e.g., teori, model, konsep, dan lain-lain). Masalah yang sering
saya temukan adalah lemahnya argumen yang digunakan ketika membangun
model. Variabel yang biasanya direpresentasikan dalam bentuk ‘kotak’
dalam model seringkali berasal dari sumber lain yang mempunyai asumsi
berbeda-beda ketika dikembangkan. Proses ini menurut saya mirip dengan
masalah menggabungkan beragam ‘lensa teorietis’ ke dalam sebuah
penelitian (Okhuysen dan Bonardi, 2011). Ada berbagai pertimbangan yang
perlu diperhatikan. Di antaranya adalah kedekatan ‘lensa’ yang akan
digunakan, termasuk asumsi dasar yang digunakan ketika ‘lensa’ tersebut
dikembangkan . Sebagai contoh, memasukkan variabel yang didasari oleh
teori yang mengandaikan bahwa ‘manusia selalu rasional’, dan lainnya
yang didasari oleh teori yang mengasumsikan bahwa ‘manusia tidak selalu
rasional’, memerlukan argumen yang kuat.
Kedua, setiap variabel yang digunakan seharusnya
didefinisikan dengan jelas. Definisi ini akan mempengaruhi dalam tahap
operasionalisasinya ke dalam item-item yang mengukurnya. Kadang saya
menemukan antara definisi operasional dan item-item yang dikembangkan
tidak ‘klop’. Bisa jadi, masalah ini mungkin karena praktik membuat
‘montase’ dari beragam sumber tanpa mempertimbangkan isu pertama di
atas. Item-item tersebut dapat bersumber dari konsep atau teori yang
ada atau dari proses wawancara atau observasi di lapangan.
Dalam konteks ini, pertimbangkan dengan baik tingkat pengukuran setiap (level of measurement)
variabel (nominal, ordinal, interval atau rasio) dan jika digunakan,
juga poin dalam skala Likert (biasanya ganjil, seperti 5 dan 7). Yang
terakhir ini, sesuaikan dengan derajat variasi jawaban yang Anda
harapkan. Kesalahan fatal lain yang perlu dihindari adalah, jika
penelitian Anda ingin menguji hubungan antarvariable, jangan sekali-kali
menanyakan hubungan variabel ini di dalam kuesiober kepada responden.
Ukur setiap variabel secara terpisah. Kesalahan dapat menentukan tingkat
pengukuran akan mempengaruhi fleksibitas dalam analisis data. Sebagai
contoh, regresi ganda tidak bisa digunakan jika variabel dependen diukur
secara dikotomis (nominal). Uji korelasi Spearman, misal lain, tidak
bisa digunakan untuk data nominal, dan seterusnya.
Ketiga, uji instrumen seringkali tidak dilakukan secara
memadai. Seharusnya, sebelum kuesioner didistribusikan secara massal
harus sudah diuji dengan baik. Pengujian dilakukan untuk mengukur
validitas dan reliabilitas instrumen. Instrumen kemudian dapat
diperbaiki dengan beragam tindaklanjut: penambahan, penghapusan,
dan/atau pengubahan item. Mengapa pengujian ini penting sebelum survei
massal? Tidak seperti penelitian interpretif yang memungkinkan kita
kembali ke ‘lapangan’ setiap saat untuk menambah data, penelitian
positivis adalah proses ‘sekali jalan’. Ketika kuesioner yang disebarkan
‘salah’, maka data yang didapatkan pun menajdi bermasalah. Memang
ketika misalnya, ada tambahan item yang ditanyakan, bisa dilakukan
penyebaran ulang, tetapi apakah ini dapat menjamin kalau akan didapatkan
respon yang sama? Jika distribusi kuesioner dibuat dalam dua atau lebih
bahasa, ada baiknya dilakukan uji potensi bias dari respons yang
didapat.
Keempat, jika populasi responden diketahui dengan daftar
yang jelas, maka Anda patut bersyukur. Namun di lapangan, seringkali
tidak demikian halnya. Ini terkait dengan penelitian sampel dan metode
sampling. Apapun metode sampling yang dipilih, pastikan Anda mempunyai
argumen mengapa metode ini dianggap tepat untuk penelitian Anda. Jumlah
sampel yang didapat seringkali juga tidak sebanyak yang diharapkan
karena response rate yang rendah. Untuk ini, metode analisis statistik
juga perlu dipilih dengan tepat.
Kelima, di lapangan seringkali dibutuhkan strategi untuk
memperbaiki response rate. Beragam strategi dapat digunakan, termasuk
dengan surat, sebar-dan-kumpul, wawancara langsung, wawancara telpon,
atau online. Pilihan strategi biasanya tergantung dengan responden yang
disasar dan sebarannya.
Sebagai penutup, rumus sederhana untuk setiap isu di atas adalah:
untuk setiap pilihan yang dibuat, berikan argumen yang kuat. Dengan
pemikiran demikian, kesalahan atau stres ketika melakukan penelitian
dapat diminimalkan.
Daftar Bacaan
Fathul Wahid. 2012. Melakukan survei. publikasiinternasional.
Okhuysen, G., & Bonardi, J. P. (2011). The challenges of building theory by combining lenses. Academy of Management Review, 36(1), 6-11.
Orlikowski, W. J., & Baroudi, J. J. (1991). Studying information
technology in organizations: Research approaches and assumptions. Information Systems Research, 2(1), 1-28.
The best games on iPhone 6.1 and 8.2 devices
ReplyDeleteThis is the best one you can find online! No download, 토토 사이트 추천 no login required! 골인 벳 먹튀 Get your 스포츠사이트 iPhone 6.1 and 8.2 games & accessories 벳 now! 크롬 번역기