Monday 27 May 2013

BAGAIMANA MELAKUKAN SURVAI?

Salah satu metode pengumpulan data paling populer dalam penelitian positivis adalah survai menggunakan kuesioner. Penelitian positivis biasanya melibatkan proposisi formal, variabel yang dapat dikuantifikasi, dan pengujian hipotesis (Orlikowski dan Baroudi, 1991). Metode ini terlihat sederhana, dan karenanya sering disepelekan. Kenyataanya tidak demikian.

Berdasar pengalaman dalam membaca dan mereview artikel jurnal atau konferensi, ada beragam isu yang bisa didiskusikan. Setiap isu ini hanya akan didiskusikan dengan singkat dan disertai dengan ilustrasi praktik.

Pertama, penelitian positivis biasanya mengembangkan model penelitian yang menggambarkan hubungan antarvariabel. Penelitian seringkali membangun model dengan memasukkan variabel dari beragam sumber (e.g., teori, model, konsep, dan lain-lain). Masalah yang sering saya temukan adalah lemahnya argumen yang digunakan ketika membangun model. Variabel yang biasanya direpresentasikan dalam bentuk ‘kotak’ dalam model seringkali berasal dari sumber lain yang mempunyai asumsi berbeda-beda ketika dikembangkan. Proses ini menurut saya mirip dengan masalah menggabungkan beragam ‘lensa teorietis’ ke dalam sebuah penelitian (Okhuysen dan Bonardi, 2011). Ada berbagai pertimbangan yang perlu diperhatikan. Di antaranya adalah kedekatan ‘lensa’ yang akan digunakan, termasuk asumsi dasar yang digunakan ketika ‘lensa’ tersebut dikembangkan . Sebagai contoh, memasukkan variabel yang didasari oleh teori yang mengandaikan bahwa ‘manusia selalu rasional’, dan lainnya yang didasari oleh teori yang mengasumsikan bahwa ‘manusia tidak selalu rasional’, memerlukan argumen yang kuat.



Kedua, setiap variabel yang digunakan seharusnya didefinisikan dengan jelas. Definisi ini akan mempengaruhi dalam tahap operasionalisasinya ke dalam item-item yang mengukurnya. Kadang saya menemukan antara definisi operasional dan item-item yang dikembangkan tidak ‘klop’.  Bisa jadi, masalah ini mungkin karena praktik membuat ‘montase’ dari beragam sumber tanpa mempertimbangkan isu pertama di atas. Item-item tersebut dapat bersumber dari konsep atau teori  yang ada atau dari proses wawancara atau observasi di lapangan.

Dalam konteks ini, pertimbangkan dengan baik tingkat pengukuran setiap (level of measurement) variabel (nominal, ordinal, interval atau rasio) dan jika digunakan, juga poin dalam skala Likert (biasanya ganjil, seperti 5 dan 7). Yang terakhir ini, sesuaikan dengan derajat variasi jawaban yang Anda harapkan. Kesalahan fatal lain yang perlu dihindari adalah, jika penelitian Anda ingin menguji hubungan antarvariable, jangan sekali-kali menanyakan hubungan variabel ini di dalam kuesiober kepada responden. Ukur setiap variabel secara terpisah. Kesalahan dapat menentukan tingkat pengukuran akan mempengaruhi fleksibitas dalam analisis data. Sebagai contoh, regresi ganda tidak bisa digunakan jika variabel dependen diukur secara dikotomis (nominal). Uji korelasi Spearman, misal lain, tidak bisa digunakan untuk data nominal, dan seterusnya.

Ketiga, uji instrumen seringkali tidak dilakukan secara memadai. Seharusnya, sebelum kuesioner didistribusikan secara massal harus sudah diuji dengan baik. Pengujian dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen. Instrumen kemudian dapat diperbaiki dengan beragam tindaklanjut: penambahan, penghapusan, dan/atau pengubahan item. Mengapa pengujian ini penting sebelum survei massal? Tidak seperti penelitian interpretif yang memungkinkan kita kembali ke ‘lapangan’ setiap saat untuk menambah data, penelitian positivis adalah proses ‘sekali jalan’. Ketika kuesioner yang disebarkan ‘salah’, maka data yang didapatkan pun menajdi bermasalah. Memang ketika misalnya, ada tambahan item yang ditanyakan, bisa dilakukan penyebaran ulang, tetapi apakah ini dapat menjamin kalau akan didapatkan respon yang sama? Jika distribusi kuesioner dibuat dalam dua atau lebih bahasa, ada baiknya dilakukan uji potensi bias dari respons yang didapat.

Keempat, jika populasi responden diketahui dengan daftar yang jelas, maka Anda patut bersyukur. Namun di lapangan, seringkali tidak demikian halnya. Ini terkait dengan penelitian sampel dan metode sampling. Apapun metode sampling yang dipilih, pastikan Anda mempunyai argumen mengapa metode ini dianggap tepat untuk penelitian Anda. Jumlah sampel yang didapat seringkali juga tidak sebanyak yang diharapkan karena response rate yang rendah. Untuk ini, metode analisis statistik juga perlu dipilih dengan tepat.
Kelima, di lapangan seringkali dibutuhkan strategi untuk memperbaiki response rate. Beragam strategi dapat digunakan, termasuk dengan surat, sebar-dan-kumpul, wawancara langsung, wawancara telpon, atau online. Pilihan strategi biasanya tergantung dengan responden yang disasar dan sebarannya.

Sebagai penutup, rumus sederhana untuk setiap isu di atas adalah: untuk setiap pilihan yang dibuat, berikan argumen yang kuat. Dengan pemikiran demikian, kesalahan atau stres ketika melakukan penelitian dapat diminimalkan.

Daftar Bacaan

Fathul Wahid.  2012. Melakukan survei. publikasiinternasional.

Okhuysen, G., & Bonardi, J. P. (2011). The challenges of building theory by combining lenses. Academy of Management Review, 36(1), 6-11.
Orlikowski, W. J., & Baroudi, J. J. (1991). Studying information technology in organizations: Research approaches and assumptions. Information Systems Research, 2(1), 1-28.

1 comment:

  1. The best games on iPhone 6.1 and 8.2 devices
    This is the best one you can find online! No download, 토토 사이트 추천 no login required! 골인 벳 먹튀 Get your 스포츠사이트 iPhone 6.1 and 8.2 games & accessories now! 크롬 번역기

    ReplyDelete