Bagaimana seharusnya bagian kesimpulan ditulis? Trzeciak and MacKay
(1994) memberikan resep menulis bagian kesimpulan. Resep ini tentu saja
dapat diadaptasikan sesuai dengan konteks penulisan. Menurut mereka,
bagian kesimpulan berisi (seperti biasa, Kristiansand (2012) menambahkan interpretasi dan
ilustrasi untuk memperjelas):
1. Ringkasan temuan penelitian. Namun perlu diperhatikan, bagian ini
seharusnya tidak mengulang sama persis dengan apa yang sudah dituliskan
sebelumnya di bagian analisis atau diskusi.
2. Deduksi atau pengambilan kesimpulan dari uraian sebelumnya. Jangan
menarik kesimpulan dari apa yang tidak pernah disinggung atau
didiskusikan sebelumnya. Kadang ketika mereview artikel, kita menemukan
kesimpulan yang sepertingnya ‘sudah disiapkan’ sebelum penelitian
dilakukan. Kesimpulan bukan ringkasan dari telaah literatur yang Anda
lakukan (kecuali artikel yang kita tulisan adalah ‘literature review’),
tetapi berpijak dari penelitian yang dilakukan.
3. Opini personal terkait dengan temuan yang didiskusikan. Tentu saja
opini yang argumentatif. Seorang pakar menyarankan untuk
melakukan semacam ‘spekulasi’ di bagian ini. Mengapa ini perlu? Tidak
jarang temuan penelitian membutuhkan penjelasan lebih lanjut mengapa
misalnya, hasil penelitian tidak seperti yang diduga sebelumnya.
Penjelasan spekulatif, tetapi tetap argumentatif, diperlukan. Tambahkan
penjelas bahwa spekulasi yang diberikan membutuhkan validasi lebih
lanjut.
4. Jangan lupa sebutkan keterbatasan penelitian yang kita lakukan.
Keterbatasan seharusnya dikaitkan dengan proses penelitian yang
dijalankan, dan tidak ‘ujug-ujug’ dimunculkan. Keterbatasan dapat
terkait dengan teori yang digunakan, metode yang diaplikasikan, atau pun
terkait dengan generalisasi hasil penelitian. Keterbatasan ini akan
menjadi dasar untuk bagian selanjutnya.
5. Berikan ilustrasi atau saran penelitian lanjutan yang bisa
dilakukan. Saran ini biasanya merupakan respon dari keterbatasan yang
diuraikan sebelumnya.
6. Tuliskan implikasi penelitian. Secara umum, implikasi dapat
dikelompokkan menjadi dua: implikasi praktik dan implikasi teoretik.
Implikasi praktik terkait dengan relevansi hasil penelitian untuk para
praktisi. Implikasi ini dapat maujud dalam beragam bentuk, seperti
metode baru dan serangkaian prinsip yang bisa digunakan oleh praktisi.
Implikasi teoretik terkait dengan konstribusi penelitian dalam
pengembangan atau validasi teori.
7. Fakta atau data penting lainnya yang tidak muncul dalam uraian
sebelumnya. Terus terang saya agak kurang ‘sreg’ dengan saran ini. Namun
bisa jadi yang dimaksudkan adalah fakta penting yang dapat menguatkan
argumen kita. Tetapi mengapa harus di bagian kesimpulan dan tidak di
bagian diskusi atau bahkan analisis?
Tentu saja, dari ketujuh bagian tersebut, kita bisa meramu semuanya
menjadi satu, atau bahkan menekankan pada bagian yang satu dengan
mengurangi pada bagian yang lain. Salah satu alasanyanya adalah kadang
ruang yang disediakan sangat terbatas untuk mengelaborasi semua bagian
dengan cukup detil. Beberapa jurnal membatasi jumlah kata maksimal 5000
atau bahkan 3000. Beberapa jurnal yang lain cukup baik hati dengan
mengakomodasi artikel yang lebih panjang. Jika demikian, misalnya,
bagian ringkasan temuan dapat diabaikan, dan penekanan diberikan pada
bagian lain. Persis seperti membuat masakan, akankah kita buat lebih
pedas atau lebih asin?Atau mungkin kita mengatur kembali urutan dalam
memasak untuk menghasilkan cita rasa yang diinginkan. Siapa yang akan
menikmati masakan tersebut seringkali menjadi dasar pilihan. Begitu juga
dengan artikel. Jurnal dengan sasaran praktisi, seperti MIS Quarterly Executive atau Communication of ACM,
misalnya implikasi praktik penelitian sangat ditekankan. Berbeda halnya
dengan jurnal yang berfokus pada pengembangan teori, seperti Academy of Management Review atau Administrative Science Quarterly; kontribusi teoretik nampaknya lebih menarik untuk ditampilkan.
Daftar Bacaan
Fathul Wahid. 2012. Menulis kesimpulan. publikasiinternasional.
Trzeciak, J., dan MacKay, S. E. (1994). Study Skills for Academic Writing. New York: Prentice Hall.
Walsham, G. (2006). Doing interpretive research. European Journal of Information Systems, 15, 320-330.
No comments:
Post a Comment