Pendahuluan benar-benar ditulis di
awal dari sebuah artikel, tesis atau disertasi, sebelum melanjutkan ke bagian selanjutnya. Meskipun memang tidak
menutup kemungkinan untuk dipoles di waktu kemudian untuk memuluskan
alur cerita artikel.
Pendahuluan seharusnya jangan terlalu panjang. Meski sulit memberikan
pedoman yang pasti, namun biasanya 1-2 halaman halaman. Satu halaman
untuk artikel yang pendek (sekitar 10-12 halaman) atau dua halaman untuk
artikel yang lebih panjang. Untuk artikel konferensi gaya IEEE yang
biasanya sangat ‘hemat’ dalam jumlah halaman (biasanya maksimal 6
halaman), pendahuluan satu halaman penuh tentu terlalu panjang.
Kira-kira panjang bagian pendahuluan adalah 10% dari keseluruhan artikel
(Grant dan Pollock, 2011).
Temuan studi Grant dan Pollock (2011) cukup mengejutkan. Bagian yang
hanya 10% bagian dari artikel ini menghabiskan 24% dari keseluruhan
waktu menulis artikel. Studi ini dilakukan pada penulis 25 artikel yang
mendapatkan AMJ Best Article Award. Bahkan mereka rata-rata melakukan
revisi 10 kali (!!!) pada bagian ini.
Tujuan menulis pendahuluan adalah mengantarkan pembaca kepada isi
artikel. Sebagaimana abstrak, pendahuluan seharusnya juga berfungsi
sebagai ‘hook’ yang menarik pembaca untuk meneruskan membaca artikel.
Apa yang seharusnya ditulis di pendahuluan? Menurut Walsham (2006), pendahuluan seharusnya menjelaskan:
1. Mengapa topik artikel penting
2. Bagaimana kontribusi artikel dikembangkan
3. Struktur artikel
Uraikan dengan singkat mengapa penelitian yang kita laporkan penting
dan relevan. Tentu penting untuk komunitas akademik, penting secara
objektif, dan bukan dari kacamata penulis saja. Bagian ini bisa diisi
dengan uraian ‘gap’ yang kita temukan dalam literatur ataupun dalam
praktik. ‘Gap’ ini akan membimbing kita dalam rumusan pertanyaan
penelitian. Biasanya menuliskan pertanyaan penelitian dalam pendahuluan.
Biasanya dalam kalimat tanya, tetapi tidak selalu.
Kontribusi adalah upaya mengisi ‘gap’. Bagaimana pertanyaan masalah
dirumuskan dan kontribusi didefinisikan? lihat posting tentang itu.
Namun mengidentifikasi ‘gap’ terkadang tidaklah cukup, tetapi harus
dijelaskan mengapa mengisi ‘gap’ ini penting dan menarik (Grant and
Pollock, 2011).
Struktur artikel biasanya dituliskan dalam paragraf terakhir
pendahuluan. Hanya saja perlu diperhatikan, keterlanjuran yang terjadi
dalam dunia akademik Indonesia jangan digunakan di sini. Apa itu?
Tuliskan apa yang akan dibahas *selanjutnya* dalam artikel. Dalam
laporan, skripsi, dan tesis di Indonesia (tentu tidak semua), biasanya
di akhir bab 1 ada sistematika penulisan, dan di sana tetap dimasukkan
bab 1 membahas bla bla bla. Lha, sudah dilewati kok harus dijelaskan
lagi. Aneh. Tapi memang mengubah keterlanjuran tidaklah mudah, seperti
yang pernah saya alami sendiri.
Paragraf terakhir pendahuluan, biasanya ditulis seperti
“The remainder of the paper is structured as follows. …” atau “The rest of the paper is divided into six sections.
…,”"Selanjutnya makalah ini disusun sebagai berikut. ... "Atau" Paper ini selanjutnya dibagi menjadi enam bagian. dan sejenisnya. Gunakan kreativitas untuk menuliskannya. Tetapi
jika berisiko, tidak ada salahnya menggunakan teknik ‘mimicking’ dengan
melihat artikel berkualitas yang sudah terbit.
Namun, madzhab lain memberikan pedoman yang berbeda, terutama untuk
disiplin yang tidak menganggap bagian khusus teori dalam artikel sangat
penting.
Menurut Day (1975), pendahuluan seharusnya:
1. Mempresentasikan dengan jelas batasan masalah yang diteliti
2. Untuk mengarahkan pembaca, tinjauan pustaka singkat dapat dimasukkan
3. Metode penelitian seharusnya dinyatakan, dan jika diperlukan juga dituliskan alasan mengapa metode tersebut dipilih
4. Menyatakan hasil penting penelitian.
Bagi Day (1975), membuat pembaca menebak-nebak sebagaimana film
‘suspense’ tidak baik dalam publikasi ilmiah. Pedoman ini juga diamini
oleh Suppe (1998) yang menyatakan kadang teori digabungkan ke dalam
pendahuluan.
Bagaimana supaya pendahuluan dapat ditulis dengan lancar dan baik?
Kita dutuntut untuk memperjelas alur cerita artikel sebelum mulai
menulis. Alur cerita memang bisa berubah, tetapi itu bukan alasan untuk tidak merencanakan alur cerita.
Grant dan Pollock (2011) memberikan panduan dengan gaya lain tentang
apa yang seharusnya ada dalam pendahuluan. Pendahuluan seharusnya
menjawab pertanyaan (a) who cares?; (b) what do we know, what don’t we know, and so what?; dan (c) what will we learn? (a) siapa yang peduli,? (b) apa yang kita tahu, apa yang tidak kita ketahui, dan jadi apa,? dan (c) apa yang akan kita pelajari?
Temuan studi Swales (1981) dapat dijadikan acuan yang lebih detil.
Dalam studinya terhadap bagian pendahuluan artikel dari beragam
disiplin, dia menemukan pola yang mirip yang dapat dikelompokkan ke
dalam empat ‘move’. Empat ‘move’ tersebut adalah (Swales, 1981; p. 22A):
Move One: Establishing the field by
a. Showing centrality of the topic, or
b. Stating current knowledge of the topic, or
c. Ascribing key characteristics
Move Two: Summarising previous research
Move Three: Preparing for present research by
a. Indicating a gap, or
b. Question-raising, or
c. Extending a finding
Move Four: Introducing present research by
a. Stating the purpose of the research, or
b. Describing briefly present research.
(Pindah Satu: Membangun lapangan oleh
a. Menampilkan sentralitas topik, atau
b. Menyatakan pengetahuan saat ini dari topik, atau
c. Menganggap karakteristik kunci
Pindahkan Dua: penelitian sebelumnya Meringkas
Pindahkan Tiga: Mempersiapkan untuk penelitian ini dengan
a. Menunjukkan kesenjangan, atau
b. Pertanyaan dana, atau
c. Memperluas sebuah temuan
Pindah Empat: Memperkenalkan penelitian ini dengan
a. Menyatakan tujuan penelitian, atau
b. Menggambarkan penelitian singkat ini.
Selain itu, menurut Grant dan Pollock (2011), ada dua kesalahan besar
yang sering ditemui dalam pendahuluan, yaitu (a) gagal dalam memotivasi
dan merumuskan masalah, dan (b) overpromising.
Seperti halnya abstrak, jika pembaca tidak merasa tertarik setelah
membaca pendahuluan, jangan banyak berharap bahwa mereka akan meneruskan
membaca artikel kita. Jadi bagian pendahuluan yang kadang dianggap
tidak penting ini, jangan pernah disepelekan. Kecuali memang jika
filosofi Anda, ‘yang penting menulis, dibaca atau tidak bukan urusan
saya’. Jika demikian, tentu siapapun sulit berkomentar, termasuk juga
untuk menyalahkan Anda!
Daftar Bacaan
Day, R. (1975). How to write a scientific paper. IEEE Transaction on Professional Communication, 41(7), 486-494.
Fathul Wahid. 2012. Menulis pendahuluan. publikasiinternasional.
Grant, A. M., dan Pollock, T. G. (2011). From the editors: Publishing in AMJ – Part 3: Setting the hook. Academy of Management Journal, 54(5), 873-879.
Suppe, F. (1998). The structure of a scientific paper. Philosophy of Science, 65(3), 381-405.
Swales, J. (1981). Aspects of article introductions. Aston Research Reports, No. 1, Birmingham: University of Aston.
Walsham, G. (2006). Doing interpretive research. European Journal of Information Systems, 15(3), 320-330.
No comments:
Post a Comment